Jumat, 16 Desember 2016

Cerpen ke....(?)

Hai buat kalian yang sedang menikmati masa liburan akhir tahun!!! atau jangan-jangan ada yang belum libur nih? wehehehehe.....
nah malem ini, minCis mau ngasi cerpen terbaru!!!!! setelah sekian abad nggak nulis cerpen dan update lagi, akhirnya dengan di tagihin sama beberapa followers ask.fm "mbak kok gak update cerpen lagi?" "cis cerpen e endi?" minCis nulis cerpen yang ke-7 !!!!!!!!

Oh iya cerpen ini juga sekaligus sebagai hadiah tahun baru buat kalian para pembaca blogger minCis yang udah setia baca postingan minCis mulai awal sampe sekarang :v #alaymodeon

Happy reading guys!!!









Discomgoogolation in love

By  : Fairuz Bilqies F.P

            “DEAN!!!! WAKE UP!!!! INI UDAH JAM BERAPA? KAMU TELAT KE SEKOLAH LOH!!!” suara mama membangunkan ku. Kutengok jam beker di sebelah tempat tidur ku.
Oh my god! jam 7 kurang 10 menit! WAAHH AKU TERLAMBAT!!!” ujarku sembari cuci muka dan segera sarapan. Tiba-tiba aku teringat akan satu benda. Handphone ku!!! Aku segera mencarinya di seluruh sudut kamar.
“MAMA, TAU HANDPHONE DEAN GAK?” teriak ku.
“Sayang, kamu tau gak ini jam berapa?! Udah gak usah ngurusin handphone dulu. Sekarang yang penting kamu segera berangkat sekolah. Nanti terlambat loh. Nanti mama cari handphone kamu ya” seru mama dari dapur.
“Tapi ma..... Dean kan mau update status di Facebook dulu” jawabku memelas.
“DEAN KAMU DENGER KATA-KATA MAMA GAK SIH????!!!!” teriak mama dari dalam. Lantas aku segera mengayuh sepeda ku dan berangkat sekolah.
***
            Nama ku Deandra Octavia. Well, aku lebih suka dipanggil Dean daripada Dea. I dont know why, but this is the reality. Mungkin biar lebih keliatan berbeda dari yang lain? Haha, entah lah. Tapi aku lebih suka dipanggil “Dean”. So, you must call me Dean. Aku seorang warga negara Indonesia. Tetapi sudah 5 tahun aku tinggal di Amerika. Tepatnya di New York. Makanya, gaya bicara ku campur aduk dengan bahasa inggris dan indonesia. Ya, karena faktor pekerjaan mama lah, yang membuatku tinggal disini. Aku sama seperti gadis remaja usia lainnya kok. Sama-sama suka gosip, sama-sama suka shopping, sama-sama suka cowok ganteng. But wait! Cowok ganteng yang aku suka berbeda dari cewek kebanyakan. Cowok ganteng yang kumaksud adalah.... PARA PERSONIL ONE DIRECTION!!!!
            Exactly, One Direction. Who’s doesnt know them? 4 cowok ganteng asal London yang terkenal karena single mereka yang berjudul “what makes you beautiful”. Awalnya mereka beranggotakan 5  orang. Tapi setelah beberapa tahun terkenal, salah satu personil mereka, Zayn Malik memutuskan untuk keluar dan bersolo karir.
Hi girl! What’s the matter?” tanya Nancy, teman sebangku ku.
Umm, dia lebih dari sekedar teman sebangku. Dia sama-sama Fangirl seperti ku. Dan satu hal yang bikin dia berbeda adalah, walaupun kaki nya lumpuh karena kecelakaan, tapi dia tidak pernah mengeluh akan keadaannya. I’m so proud to have best friend like her.
I lost my handphone! Handphone ku gak ada Nan!” seru ku.
How can it be? Gak mungkin kalau hilang tiba-tiba kan?” tanya Nancy.
“Entah lah. Tadi waktu aku mau update status di facebook, gak ada tuh handphone ku”
“Mungkin kamu lupa naruh nya. Positive thinking aja lah. Ntar pulang sekolah pasti ketemu kok” jawab Nancy menenangkan ku.
“Iya deh” jawabku tersenyum. “By the way, ada berita baru gak tentang 1D?” lanjut ku.
Well, mereka mau rilis album baru” jawab Nancy.
***
            Sesampainya di rumah, aku segera menyalakan laptop kesayangan ku. I mean, sekarang bukan laptop kesayangan ku lagi. Kenapa? Dia sudah tidak berfungsi lagi. Setiap aku menyalakan nya, beberapa menit setelah aku menyalakan selalu tiba-tiba mati. Ya, aku harap sekarang bukan saat nya untuk tiba-tiba mati. Karena aku sangat membutuhkannya selagi handphone ku belum ditemukan.
            Well, mama bilang aku sudah kecanduan internet. Bagaimana tidak? Setiap menit, setiap ada hal baru aku selalu mewajibkan diriku untuk meng-update hal baru tersebut ke Social media seperti facebook, twitter, path, instagram. Dan mama sudah mencoba untuk mematikan jaringan wifi dirumah kami, menyita handphone dan laptop ku. Dan yeah, hasilnya selalu sama. Tetap nihil.
Ah syukurlah ternyata laptop ini masih berfungsi. Eh eh tapi.... OH NO! Laptop ku akhirnya mati lagi pffttt.
“Ini handphone kamu” kata mama tiba-tiba masuk kedalam kamar ku.
Oh my god! I was shocked. Kenapa mama gak ketuk pintu dulu sih? Gak sopan tau” seru ku.
Okay i’m sorry” jawab mama seraya memberi handphone ku.
“Syukur lah mama menemukannya. Atau jangan-jangan mama sengaja menyembunyikan nya?” tanyaku sambil menyeringai mama.
“Dean, kamu sendiri yang bilang ke mama kalau fitnah itu dosa. Kenapa jadi menuduh mama sih?!” sergap mama.
“Aku gak menuduh ma. Cuma, bukti nya udah jelas. Setiap aku sering update status di facebook, mama selalu menyembunyikan handphone ku lah, atau mematikan jaringan wifi. Please, don’t do it again ma”
“Mama khawatir sama kamu. Kamu udah bener-bener kecanduan internet. Dan itu gak baik, Dean. Okay, sekali dua kali mama masih memaklumi kamu. Tapi sesering apa lagi kamu sampai kemana-kemana bawa handphone. Ke kamar mandi pun bawa handphone” kata mama sedih.
“Tapi Dean kan bermanfaat ma, kecanduan internet nya. I mean, Dean kan harus selalu update tentang berita One Direction juga. Dan tentang bawa handphone ke kamar mandi, Dean gak akan mengulangi lagi hehe. Promise” jawabku.
“Mama akan cari terapis buat kamu. Biar kamu gak kecanduan internet lagi” kata mama mengakhiri perbincangan.
“Mama! Gak usah cari begituan deh. Kecanduan Dean akan berhenti sendiri kok. Tapi nanti kalau Dean udah gak jadi Directioners lagi. Dan ummmm, mungkin Dean gak bakal berhenti jadi Directioners deh. I will be Directioners forever” kataku tersenyum bangga.
“Mama gak peduli. Pokoknya mama akan tetap cari terapis buat kamu. Dan ingat! Jangan ganggu mama 2 jam kedepan. Deal?” tanya mama.
Deal” jawabku malas.
            Tidak! Mama akan cari terapis buat aku! Arrrgghhhh!!!!!!! What should i do?! C’mon, kecanduan ku gak seburuk yang mama kira. Aku harus cari cara biar mama gak mencari terapis buat aku. Harus aku cari cara nya kalau aku mau masih update lagi di social media!!!
Hari ini kesal banget sama mama! Mama akan cari terapis untuk kecanduan internet ku. C’mon kecanduan ku tidak seburuk yang mama kira. Can u help me guys to stop my mom’s action? If u can, u can message me your phone number on my facebook account. Thank you ;) xoxo
Aaahhh selesai sudah aku update status di facebook. Semoga saja ada yang mau membantu ku untuk menghentikan mama. Semoga saja sih ya hehe.
            Makan malam kali ini berbeda dari biasanya. Biasa nya sih, mama akan sibuk menanyai kegiatan ku di sekolah. Namun kali ini tidak. Beliau hanya diam saja setelah memberi ku daging steak di piring. Mungkin mama masih sibuk memikirkan masalah ‘terapis’ tadi. Atau sibuk memikirkan deadline yang terus menghantui nya. I forgot to tell you about my mom’s job. Beliau adalah seorang editor berita di salah satu stasiun tv di New York. Kalian tahu lah betapa sibuk nya pekerjaan seorang editor berita. Setiap hari harus dikejar deadline. Apalagi berita yang tayang setiap hari. Aku mencoba untuk membuka percakapan.
“Ma, steak ini sangat enak. Apa mama membuat nya sendiri?” tanya ku.
“Iya mama membuatnya sendiri” jawab mama singkat.
“Tumben” kata ku. “Ma, maukah mama mengajari ku bagaimana cara nya membuat steak lezat ini?”
“Dean, jangan mengalihkan pembicaraan” jawab mama tegas.
“Dean gak mengalihkan pembicaraan ma. Cuma tanya doang kok!” seru ku.
“Kamu pikir mama gak tahu kalau kamu update status lagi di facebook? Dan status ini tentang masalah terapis yang mau mama cari untuk kamu!”
What? Mama tahu kalau aku update status di Facebook? Tapi dari mana? Mama sama sekali gak punya Facebook! Karena kata mama, bermain di dunia maya hanya menghabiskan waktu saja.
“Mama..... tau dari...?” tanyaku terbata.
“Freddie. Mama tau dari Freddie. Well, ternyata dia anak yang baik mau memberi tahu mama tentang status mu” jawab mama.
Okay, this is EMERGENCY!!! Aku lupa menceritakan tentang sahabat ku yang satu ini. Freddie nama nya. He’s a boy. Tapiiiiiii mulut ember nya ituloh yang membuat dia seperti cewek!!! Dan aku lupa kalau dia punya akun facebook yang berteman dengan akun ku. So, setiap aku update status yang berhubungan dengan mama, Freddie selalu menanyakan kebenaran status ku ke mama. Oh my god Freddie, you got big problem!!!!!!!!!!!!!!!
***
            “Hi Dean! Gimana masalah ‘terapis’ yang di account Facebook mu?” Sapa Freddie hangat setelah aku sampai sekolah.
C’MON DUDE!!!  Bisa gak sih gak tanya ke mama tentang status-status ku? You know? Karena kamu, mama marah ke aku! Dan karena ulahmu juga, mama mematikan jaringan wifi dirumah kami! Udah beberapa kali sih aku bilang, JANGAN TANYA KE MAMA TENTANG STATUS KU DI FACEBOOK!!! Apa kurang faham???!!!” jawab ku marah. Lantas Nancy dan teman-teman lainnya segera melerai ku.
“Ayo lah Dean. Freddie hanya menanyai status mu ke mama saja kan? Jangan membesar-besarkan masalah” seru Justin, si ketua kelas.
“Aku tidak minta pendapat mu, ya Justin. Seperti nya kamu juga tidak tahu kalau Freddie sudah terlalu sering membocorkan rahasia ku yang tidak diketahui mama” jawabku.
“Kita semua tahu kalau Freddie memang pembocor rahasia. Tapi, tidak bisa kah engkau memaafkan dia sekali ini saja? Dia sahabat mu” sambung Angela.
Aku tidak menjawab. Dan hanya bisa menatap wajah Nancy.
“Aku tahu kau bisa memaafkan Freddie sekali lagi, Dean” jawab Nancy tersenyum. Dan well, akhirnya aku menghampiri Freddie dan berkata.
Okay, untuk kali ini aku bisa memaafkan mu. Tapi jangan senang dulu! Itu pun karena mereka semua memaksa ku” kataku sambil tersenyum malas.
“Terima kasih Dean. Aku tahu kau orang yang pemaaf” jawab Freddie tersenyum. “Dan satu hal yang perlu kau tahu. Setidaknya aku bukan seorang pembocor rahasia saja” lanjut Freddie.
“Apa maksud mu?” tanya ku. Aku semakin khawatir kalau ternyata Freddie tidak hanya seorang pembocor rahasia tapi......
“Jangan pikir yang tidak-tidak dulu. Ada seseorang yang mau menolong mu untuk menghentikan mama mu” sela Freddie. Seakan-akan dia tahu kalau aku memikirkan yang tidak-tidak tentang nya.
“APA KAU SERIUS?” tanyaku girang.
***
Ahhh jadi selama ini anggapan ku tentang Freddie ‘si pembocor rahasia’ ternyata salah. Ya walaupun dia seorang pembocor rahasia, ternayata dia juga punya sisi baik. Aku teringat akan kata mama “Seburuk-buruknya manusia, dia pasti masih punya sisi baik. Walaupun hanya sedikit”. Well, i’m sorry Freddie. karena telah berpikir yang tidak-tidak tentang mu.
Kembali ke pembahasan Freddie, ternyata dia ini telah menolong ku. Masih ingat dengan status ku yang meminta nomer telepon seseorang yang ingin membantuku menghentikan ‘perbuatan’ mama? Ternyata ada seseorang yang meninggalkan comment di status ku! Kalau bukan karena Freddie aku pasti tidak mengetahui kalau ada seseorang yang dengan suka rela membantu ku. You know lah, aku tidak bisa membuka Facebook karena jaringan wifi dirumah, dimatikan oleh mama. Dan sisi baik yang lain dari Freddie adalah, dia dengan suka rela berbagi jaringan wifi pada ku untuk bisa berkomunikasi dengan seorang yang rela menolong ku di Facebook.
“Hai Dean! Apa kau tidak ke rumahku lagi untuk...... itu tuh” tanya Freddie saat di telepon.
“Untuk penolong yang di Facebok itu, maksud kau? Mungkin nanti jam 4 sore. Kau ada di rumah kan?” jawabku.
“Iya” kata Freddie di seberang telepon.
Okay, jam 4 sore ya” kataku memastikan.
Okay aku tunggu” Jawab Freddie.
***     
            "Ma, Dean ke perpustakaan kota dulu ya" pamitku kepada mama.
"Ngapain?" Tanya mama penasaran.
"Ngerjain tugas lah ma" jawabku singkat.
"Memang harus di perpustakaan ya?" Tanya mama lagi.
"Benernya nggak sih. Tapi berhubung mama mematikan jaringan wifi dirumah, jadi nya Dean harus pergi ke perpustakaan" sindirku.
"Ya sudah deh, cepetan pergi sana" jawab mama merasa.
"Ihhhh ngusir. Dean berangkat dulu ya ma" kataku sembari menutup pintu.
Sebenarnya aku berbohong kepada mama. Aku tidak pergi ke perpustakaan. Tetapi ke taman kota. Iya, aku tau itu perbuatan tidak baik. Tapi, aku sangat suntuk dirumah. Belum lagi masalah tentang 'penolong' di Facebook ku. Sudah 2 bulan sejak aku menulis status di Facebook. Aku dan penolong tersebut sudah sering berkomunikasi. Tapi, sepertinya dia tidak niat untuk menolongku deh. Bagaimana tidak? Setiap aku menanyakan solusi nya, dia selalu mengalihkan pembicaraan.
            "Dean, kita cuma duduk-duduk disini aja nih?" Suara Freddie membuyarkan lamunan ku. Aku baru ingat kalau aku ke taman kota bersama Freddie.
"Eh aku sampai lupa kalau ada kau hehehe" jawabku nyengir.
"Disini aja deh Fred. Menikmati hiruk pikuk kota" lanjutku.
Karena bosan, aku pun segera update status di Facebook menggunakan handphone Freddie.
"Freddie, pinjam handphone dong. Buat update status di Facebook" kataku memelas. Tanpa basa-basi, Freddie pun memberikan handphone nya padaku.
Pfffftttttt, seharusnya weekend itu bikin good mood. Eh, ini malah bikin bad mood. Mana lagi di taman kota cuma duduk-duduk doang lagi? Make me boring so so so much!!!
Oh ya, tidak lupa juga aku untuk update location di path dan upload foto ekspresi sedih ku di instagram.
"Masih badmood soal 'penolong' itu ya?" Tanya Freddie. Dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
"Bagaimana kalau kita ke kedai kopi dulu? Aku punya kedai kopi langganan di daerah sini. Soal rasa sih, gak perlu dipertanyakan" saran Freddie tiba-tiba.
"Aku yang traktir deh. Oh iya, handphone ku kau bawa dulu deh. Siapa tau mau pinjam lagi" lanjut Freddie tersenyum sambil menggandeng tanganku. Aku pun terpaksa menerima ajakan Freddie sambil berjalan gontai.
            Sesampainya di kedai kopi, Freddie langsung memesan 2 kopi panas untuk kami.
"Cappucino panas 2 ya" kata Freddie kepada pelayan kedai.
"Yang 1 tidak pakai gula" seru ku. Freddie dan pelayan kedai pun menatap heran kepadaku. Namun aku diam saja.
"Silahkan tunggu di meja ya. Pesanan segera kami antar" kata sang pelayan kedai. Kami pun segera menunggu pesanan di meja yang tidak jauh dari tempat memesan kopi tadi.
"Dean, yakin cappucino nya tidak pakai gula? Kan cappucino rasanya agak pahit" tanya Freddie. Sekali lagi, aku hanya menjawab dengan anggukan kecil.
"Ya ampun Dean.... Kok jadi sedih gini sih? Iya aku tau, kau tidak jadi di tolong oleh orang yang leave comment di Facebook mu, tapi jangan sampai sedih begini dong. Aku tidak tega melihat kau begini" kata Freddie memelas.
"Setelah menghabiskan cappucino, kita kerumah ku lagi ya? Siapa tau ada yang leave comment lagi" lanjut Freddie.
"Ahhh, tidak usah Freddie. I gave up. Aku menyerah untuk menghentikan mama. Biarlah mama mengirim terapis untuk ku. Mungkin ini yang terbaik" jawabku akhirnya.
"Kau tidak boleh menyerah, Dean. Pasti ada jalan lain kok! Dan sebagai sahabat, aku akan selalu siap membantu mu" Seru Freddie.
"Tidak usah. Kau sudah terlalu banyak menolong ku" tolakku.
            Tiba-tiba ada suara lain yang ikut dalam pembicaraan kami.
"Betul kata sahabat mu, kau tidak boleh menyerah"
"Siapa kau?" Tanyaku pada sumber suara itu. Ternyata sumber suara itu dari pelayan kedai yang sudah berada di samping meja kami. Bukan pelayan kedai yang menerima pesanan kami, tapi pelayan kedai yang lain.
"Alvan?" Kata Freddie. Kurasa Freddie mengenal pelayan kedai ini.
"Kau kenal padanya?" Tanyaku pada Freddie.
"Iya. Dia temanku. Dia bekerja disini. Dia berwarga negara Indonesia, sama seperti mu" jawab Freddie. Kulihat seorang pelayan kedai kopi yang bernama Alvan itu. Dari postur tubuh nya, dia tidak terlalu pendek seperti orang Indonesia pada umumnya.
"Well, maaf kalau aku ikut campur pembicaraan kalian. Tapi, aku sudah selama 7 menit disini untuk memberikan pesanan kopi kalian. Dan aku tidak tega untuk menghentikan pembicaraan kalian" kata Alvan meminta maaf sembari mengambil kursi untuk dirinya dan ikut berbincang bersama kami.
"Kau berwarga negara Indonesia juga?" Tanya Alvan pada ku.
"Iya" jawabku cuek.
"Ku dengar kau pecandu internet ya?" Tanya Alvan lagi.
"Tidak usah ikut campur urusan orang lain" jawabku lagi.
"Iya. Dia pecandu internet. Belakangan ini, mama nya sedang mencari terapis untuk nya. Dan dia sedang berusaha untuk menghentikan itu, dengan cara meminta tolong dari Facebook. Tapi, hasil nya nihil" jawab Freddie menyela. Tuh kan, 'mulut ember' nya kambuh lagi. Aku hanya bisa menahan marah dengan meminum cappucino ku dengan cepat.
"Wekksssss" seru ku sambil memuntahkan cappucino ku. Aku lupa kalau cappucino ku masih panas dan tanpa gula. Pahit sekali rasanya! Gara-gara Freddie yang keceplosan dan cappucino panas yang pahit, aku pun mengeluarkan handphone Freddie dan update status di Facebook.
Gara-gara si mulut ember nih, aku jadi minum cappucino pahit yang super panas! Omfg~
"Dean, cappucino nya masih panas. Jangan terburu-buru dong" kata Freddie mengingatkan. Tanpa sengaja, Alvan memberi gula pada cappucino ku.
"Hanya orang pecinta kopi saja yang kuat menahan pahitnya cappucino. Tapi tidak semua sih hehehe" jawab Alvan tertawa sambil meninggalkan kami berdua. Tidak lama kemudian, dia membawa dua kue coklat kecil.
"Untuk kalian. Aku yang traktir kue nya. Ini kue favorit disini loh" katanya sambil memberi satu kue padaku, dan satu kue lagi pada Freddie. Dia baik sekali mau memberi kue pada kami secara gratis.
"Menurut penelitian, coklat bisa mengembalikan good mood. Makan lah. Kau sedang bad mood kan?" Tanya Alvan.
"Terima kasih untuk gula dan kue nya" jawabku menyeleweng dari pertanyaan Alvan.
"Well kalau kau tidak keberatan, aku bisa membantu untuk menghentikan mama mu" kata Alvan padaku.
***
            Aku sangat terkejut mendengar perkataan Alvan saat itu. Kami belum pernah kenal, tetapi dia sudah sukarela untuk membantu ku. Sebenarnya aku juga risih dengannya. Bagaimana tidak? Kami belum pernah kenal, tetapi dia sudah sok kenal. Intinya, kami belum pernah kenal sebelumnya! Untungnya, aku belum update apapun tentang Alvan di social media. Kalau iya, pasti Freddie akan bilang ke Alvan.
            Tetapi seiring berjalannya waktu, aku bisa merasakan betapa tulusnya Alvan untuk membantu ku. Alvan tidak mengharapkan balasan apa-apa untuk membantu ku. Saat ku tanya alasan mengapa dia membantu ku, dia hanya menjawab
"Aku suka menolong. Apalagi dengan sesama warga negara Indonesia. Kau sahabat Freddie kan? Dia juga sahabat ku. Sudah menjadi kewajiban untuk menolong sahabat dari sahabat ku"
            Selain tulus dengan bantuannya, Alvan juga sangat baik dan ramah. Dia suka menyapa setiap orang yang dia kenal. Itulah yang membuatnya disukai banyak orang. Sebenarnya dia juga tampan. Postur tubuhnya yang tinggi, warna kulitnya yang sawo matang, serta mata sipit yang ia punya, semakin membuatnya tampan. Seperti artis Indonesia yang sering mengisi acara "My Trip My Adventure", Dion Wiyoko.
            Alvan juga sering menceritakan bagaimana dia bisa tinggal di New York. Sejak ayah nya meninggal, Alvan dan ibu nya yang berkebangsaan Amerika blasteran Cina, pindah ke New York, di tempat nenek nya tinggal. Kegiatannya disini selain kuliah, ia juga bekerja paruh waktu di kedai kopi. Untuk menambah uang saku katanya. Nanti siang setelah Alvan pulang kuliah, Alvan akan mengajakku ke kedai kopi tempat dia bekerja. Katanya sih, dia mau mengajari ku membuat kue coklat yang tempo lalu dia beri padaku. Eh, kok jadi bahas Alvan begini sih?
            "Ma, Dean ke perpustakaan dulu" pamitku pada mama.
“Ke perpustakaan lagi?” tanya mama heran.
“Iyalah ma. Dean mau ngerjain tugas” jawabku.
“Sebanyak apasih tugas kamu? Sampai hampir lima kali seminggu ke perpustakaan” kata mama.
“Mama kayak gak tau tugas anak zaman sekarang. Udah ya ma, Dean pamit” jawabku sembari menutup pintu.
Perjalanan dari rumah ke perpustakaan kota tidak terlalu jauh kok. Cukup berjalan kaki selama 25 menit. Hari ini, aku memang ke perpustakaan. Aku dan Alvan sudah sepakat untuk bertemu di sana. Kebetulan, jalan pulang dari universitas nya searah dengan perpustakaan. Sesampai di perpustakaan, ternyata Alvan sudah sampai terlebih dahulu.
"Sudah dari tadi ya menunggu nya? Maaf ya" kataku terengah-engah. Maklum, aku tadi sempat berlari saat melihat Alvan sudah sampai di perpustakaan terlebih dahulu.
"Ah, barusan aja kok. Malah, aku yang terburu-buru. Takut kamu udah nunggu disini" kata Alvan tersenyum. Dan senyuman Alvan itu, berhasil membuat pipi ku merah seperti kepiting rebus!!!
"Eh, lebih baik kita langsung ke kedai aja yuk! Udaranya dingin nih" kata Alvan membuyarkan lamunan ku.
"Oh, oke oke" jawabku terbata.
            Perjalanan dari perpustakaan ke kedai kopi terasa sangat lama sekali. Padahal sebenarnya cukup memakan waktu 10 menit saja kalau berjalan. Saat berjalan bersama Alvan, aku hanya menundukkan kepala. Aku tidak berani melihat ke arah jalan ataupun menatapnya. Tidak seperti biasanya keluar bersama Alvan membuatku gugup seperti ini.
"Dingin ya" kata Alvan memecah suasana.
"Banget" jawabku cepat.
"Aku kangen banget sama hawa tropis nya Indonesia. Biasanya kalau lagi musim hujan waktu kecil dulu, aku suka main sepak bola di lapangan sama teman-teman hehehe" katanya tertawa.
"Kalau aku kangen waktu musim kemarau. Kangen sama abang-abang jualan es disekitar rumah hehe" jawabku ikut-ikutan tertawa.
"Kamu masih sering ke Indonesia?" Tanya Alvan. Kali ini dia menatapku.
"Ya gak sering banget sih. Mungkin setahun cuma 2-3 kali" jawabku. "Kamu?" Tanyaku balik.
"Jarang banget hehehe. Ya setahun paling cuma 1 kali" jawabnya. Dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan saja. Tiba-tiba ada sebuah beanie hat mendarat diatas kepalaku.
"Biar gak kedinginan" jawab Alvan tersenyum.
                                                                        ***
            Tidak terasa sudah 4 bulan aku berteman dengan Alvan. Yang kukira awalnya, dia seorang yang sok kenal banget.... Ternyata, dia orang yang asyik. Dia tidak pernah kehabisan topik pembicaraan. Makanya, aku tidak pernah bosan bertemu dengannya.
            Hari ini, aku baru saja keluar bersamanya. Ya, untuk pertama kalinya dia mengajakku ke Coney island. Awalnya aku menolak. Karena takut mama tidak mengizinkan. Tapi berkat Nancy dan Freddie, akhirnya mama mengizinkan.
            Tapi hey, ada yang aneh selama 4 bulan ini. Selama aku menghabiskan waktu bersama Alvan, aku tidak pernah memikirkan handphone ku. Sama sekali tidak memikirkan. Biasanya, kalau aku sedang berpergian entah itu dekat atau jauh, aku selalu meng-update nya di sosial media. Tapi belakangan ini, aku tidak pernah update. Bahkan untuk memegang handphone pun, jarang. Malah, aku sangat sangat menikmati momen-momen bersama Alvan. Dan aku tak mau momen-momen bersama Alvan terbuang sia-sia karena handphone. Karena keheranan ku ini, aku pun menanyakannya pada Freddie dan Nancy.
            "Apa kau serius? Tapi memang iya sih, selama kalian pergi bersama, aku tidak pernah melihatmu update di Facebook atau media sosial lainnya" jawab Freddie.
"Iya, bahkan kau tidak pernah membawa handphone kalau pergi bersama Alvan. Em, maksudku kencan hihihi" jawab Nancy cekikkan.
"Apa jangan-jangan discomgogolation mu sudah hilang?" Tanya Nancy.
"Hah? Apa? Gogogogolation? Maksudmu apaan sih?" Tanyaku tidak mengerti.
"Ya ampun Dean, discomgogolation. Itu tuh, istilah medis untuk penyakit kecanduan internet. Kayak kamu gitu" jawab Nancy menjelaskan. Freddie yang dari tadi diam saja, tiba-tiba mengatakan sesuatu dengan senang.
"Dan berkat Alvan lah, penyakitmu hilang Dean! Iya berkat Alvan!!!" Seru Freddie senang.
"Berkat Alvan?" Tanyaku lagi. Aku masih tidak mengerti apa hubungannya tentang istilah penyakit medis untuk kecanduan internet, dengan Alvan.
"Iya.... Ya ampun. Apa kau tidak menyadarinya? Jadi, selama kau menghabiskan waktu bersama Alvan kau kan tidak memikirkan handphone sama sekali. Justru kau malah menikmati waktu bersamanya kan?" Tanya Freddie. Dan aku hanya mengangguk kecil.
"Nah, secara tidak sengaja saat kau menikmati waktu bersama Alvan, kau akan lupa dengan penyakit kecanduan internet mu itu! Dan hal itulah yang membuat penyakitmu hilang. Atau istilah medisnya, kau SEMBUH TOTAL!!!" Jelas Freddie panjang lebar.
            Apa benar kata Freddie dan Nancy bahwa penyakit kecanduan ku sudah hilang karena Alvan? Memang sih, aku sangat menikmati waktu ku bersama Alvan. Tapi apa benar, karena hal itu lah yang membuat penyakitku hilang? Kalaupun benar, aku akan sangat senang. Sangat sangat senang!
                                                                        ***
            Hari ini, aku tidak pergi bersama Alvan. Karena dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya yang menumpuk. Jadi, hari ini aku hanya menghabiskan weekend di rumah sembari mengerjakan tugas Mr. Banner yang dikumpulkan besok. Saat aku sedang enak mengerjakan tugas, handphone ku berdering nyaring. Tanda ada telepon masuk. Apa Alvan yang menelpon ku?
"Halo Dean? Kau ada dirumah tidak? Aku ingin mengerjakan tugas Mr. Banner bersama" karena suara nya yang khas, aku pun langsung dapat mengenalinya. Freddie.
"Umm, iya. Datang saja ke rumah ku. Kebetulan mama sedang memasak batagor kesukaan kamu. Ajak Nancy sekalian ya!" Jawabku. Setelah itu, aku langsung mematikan handphone.  Sembari aku menunggu Nancy dan Freddie, aku pun melanjutkan tugas ku. Ditengah keasyikan ku mengerjakan tugas, tiba-tiba mama masuk ke dalam kamar ku.
“Dean, mama mau bicara sama kamu” kata mama.
“Bicara aja ma” jawabku santai.
“Kamu sekarang sudah mulai bohong sama mama ya. Setiap kamu pergi, pasti alasannya ke perpustakaan. Padahal mama tau, kalau kamu pasti nggak kesana. Kamu pasti cari free wifi kan biar bisa update di media sosial?” tanya mama heran. Aku sangat kaget karena mama telah mengetahui kebohongan ku selama ini.
“Mama bicara apasih? Iya memang, aku berbohong kepada soal perpustakaan. Tapi mama percaya deh sama Dean. Dean gak cari free wifi ma. Bahkan, kecanduan internet Dean sudah hilang!” jawabku.
“Gak mungkin. Dean, bicara jujur kepada mama! Mama gak suka kamu bohong gini ya” jawab mama. Ditengah panasnya perdebatan ku dengan mama, tiba-tiba Freddie dan Nancy memotong pembicaraan kami.
“Benar tante. Dean udah gak kecanduan internet lagi” jawab Nancy.
“Iya tante. Tante harus percaya kami. Sebenarnya, Dean memang bohong kalau dia pergi ke perpustakaan. Sebenarnya dia pergi bersama Alvan. Dan karena Alvan lah, penyakit kecanduan internet Dean hilang” jawab Freddie panjang lebar. Ya ampun Freddie, kenapa harus nyebutin Alvan segala sih?
Wait, siapa itu Alvan?” tanya mama. “Pacar kamu?” tanya mama padaku.
“Bukan ma. Alvan itu sahabat nya Freddie. He’s Indonesian too like us. Dia orang Indonesia juga ma. Dan karena Alvan lah, kecanduan Dean hilang. Mama lihat kan? Dean udah jarang banget pegang handphone atau laptop” jawabku. “Please,mama kali ini percaya sama Dean” lanjutku. Mama hanya diam sambil menatapku.
“Mama percaya kamu. Memang sih, selama ini mama perhatikan kamu jarang pegang handphone. Mama ikut senang kalau kamu sudah sembuh dari kecanduan internet itu” jawab mama sambil tersenyum. “Oh ya, Alvan itu pacar kamu kan?” lanjut mama lagi. Belum selesai aku menjawab, Freddie sudah menjawabnya.
“Iya tante. Mereka baru aja 2 minggu yang lalu berpacaran” jawab Freddie cekikikan.
“DEANNNN, EMANG BENER KECANDUAN KAMU SUDAH HILANG. TAPI KENAPA SEKARANG KAMU MALAH PACARAN? MAMA KAN UDAH NGELARANG KAMUUUU!!!” seru mama. Sedangkan Freddie dan Nancy hanya tertawa melihat tingkah mama. Well, kecanduan internet ku sudah hilang. Dan karena penyakit itulah yang menemukan ku dengan Alvan.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar