Hai buat kalian yang sedang menikmati masa liburan akhir tahun!!! atau jangan-jangan ada yang belum libur nih? wehehehehe.....
nah malem ini, minCis mau ngasi cerpen terbaru!!!!! setelah sekian abad nggak nulis cerpen dan update lagi, akhirnya dengan di tagihin sama beberapa followers ask.fm "mbak kok gak update cerpen lagi?" "cis cerpen e endi?" minCis nulis cerpen yang ke-7 !!!!!!!!
Oh iya cerpen ini juga sekaligus sebagai hadiah tahun baru buat kalian para pembaca blogger minCis yang udah setia baca postingan minCis mulai awal sampe sekarang :v #alaymodeon
Happy reading guys!!!
Discomgoogolation
in love
By : Fairuz
Bilqies F.P
“DEAN!!!!
WAKE UP!!!! INI UDAH JAM BERAPA? KAMU
TELAT KE SEKOLAH LOH!!!” suara mama membangunkan ku. Kutengok jam beker di
sebelah tempat tidur ku.
“Oh my god! jam
7 kurang 10 menit! WAAHH AKU TERLAMBAT!!!” ujarku sembari cuci muka dan segera
sarapan. Tiba-tiba aku teringat akan satu benda. Handphone ku!!! Aku segera mencarinya di seluruh sudut kamar.
“MAMA, TAU HANDPHONE DEAN GAK?” teriak ku.
“Sayang, kamu tau gak ini jam berapa?! Udah gak usah
ngurusin handphone dulu. Sekarang yang penting kamu
segera berangkat sekolah. Nanti terlambat loh. Nanti mama cari handphone kamu
ya” seru mama dari
dapur.
“Tapi ma..... Dean kan mau update status di Facebook dulu” jawabku memelas.
“DEAN KAMU DENGER KATA-KATA MAMA GAK SIH????!!!!”
teriak mama dari dalam. Lantas aku segera mengayuh sepeda ku dan berangkat
sekolah.
***
Nama
ku Deandra Octavia. Well, aku lebih
suka dipanggil Dean daripada Dea. I dont
know why, but this is the reality. Mungkin biar lebih keliatan berbeda dari
yang lain? Haha, entah lah. Tapi aku lebih suka dipanggil “Dean”. So, you must call me Dean. Aku seorang warga negara Indonesia. Tetapi sudah 5
tahun aku tinggal di Amerika. Tepatnya di New York. Makanya, gaya bicara ku
campur aduk dengan bahasa inggris dan indonesia. Ya, karena faktor pekerjaan
mama lah, yang membuatku tinggal disini. Aku sama seperti gadis
remaja usia lainnya kok.
Sama-sama suka gosip, sama-sama suka shopping,
sama-sama suka cowok ganteng. But wait! Cowok
ganteng yang aku suka berbeda dari cewek kebanyakan. Cowok ganteng yang
kumaksud adalah.... PARA PERSONIL ONE
DIRECTION!!!!
Exactly,
One Direction. Who’s doesnt know them? 4
cowok ganteng asal London yang terkenal karena single mereka yang berjudul “what
makes you beautiful”. Awalnya mereka beranggotakan 5 orang. Tapi setelah beberapa tahun terkenal,
salah satu personil mereka, Zayn Malik memutuskan untuk keluar dan bersolo
karir.
“Hi girl! What’s
the matter?” tanya Nancy, teman sebangku ku.
Umm, dia lebih dari sekedar teman sebangku. Dia sama-sama Fangirl seperti ku. Dan satu hal yang bikin dia berbeda adalah, walaupun
kaki nya lumpuh karena kecelakaan, tapi dia tidak pernah mengeluh akan
keadaannya. I’m so proud to have best
friend like her.
“I lost my
handphone! Handphone ku gak ada Nan!” seru ku.
“How can it
be? Gak mungkin kalau hilang tiba-tiba kan?” tanya Nancy.
“Entah lah. Tadi waktu aku mau update status di
facebook, gak ada tuh handphone ku”
“Mungkin kamu lupa naruh nya. Positive thinking aja lah. Ntar pulang sekolah pasti ketemu kok”
jawab Nancy menenangkan ku.
“Iya deh” jawabku tersenyum. “By the way, ada berita baru gak tentang 1D?” lanjut ku.
“Well,
mereka mau rilis album baru” jawab Nancy.
***
Sesampainya
di rumah, aku segera menyalakan laptop kesayangan ku. I mean, sekarang bukan laptop kesayangan ku lagi. Kenapa? Dia sudah
tidak berfungsi lagi. Setiap aku menyalakan nya, beberapa menit setelah aku
menyalakan selalu tiba-tiba mati. Ya, aku harap sekarang bukan saat nya untuk
tiba-tiba mati. Karena aku sangat membutuhkannya selagi handphone ku belum
ditemukan.
Well, mama bilang aku sudah kecanduan
internet. Bagaimana tidak? Setiap menit, setiap ada hal baru aku selalu
mewajibkan diriku untuk meng-update hal
baru tersebut ke Social media seperti facebook, twitter, path, instagram. Dan mama sudah mencoba untuk mematikan
jaringan wifi dirumah kami, menyita
handphone dan laptop ku. Dan yeah, hasilnya selalu sama. Tetap nihil.
Ah syukurlah ternyata laptop ini masih berfungsi. Eh
eh tapi.... OH NO! Laptop ku akhirnya
mati lagi pffttt.
“Ini handphone kamu” kata mama tiba-tiba masuk
kedalam kamar ku.
“Oh my god! I
was shocked. Kenapa mama gak ketuk pintu dulu sih? Gak sopan tau” seru ku.
“Okay i’m
sorry” jawab mama seraya memberi handphone ku.
“Syukur lah mama menemukannya. Atau jangan-jangan
mama sengaja menyembunyikan nya?” tanyaku sambil menyeringai mama.
“Dean, kamu sendiri yang bilang ke mama kalau fitnah
itu dosa. Kenapa jadi menuduh mama sih?!” sergap mama.
“Aku gak menuduh ma. Cuma, bukti nya udah jelas.
Setiap aku sering update status di facebook, mama selalu menyembunyikan
handphone ku lah, atau mematikan jaringan wifi. Please, don’t do it again ma”
“Mama khawatir sama kamu. Kamu udah bener-bener
kecanduan internet. Dan itu gak baik, Dean. Okay,
sekali dua kali mama masih memaklumi kamu. Tapi sesering apa lagi kamu sampai
kemana-kemana bawa handphone. Ke kamar mandi pun bawa handphone” kata mama
sedih.
“Tapi Dean kan bermanfaat ma, kecanduan internet
nya. I mean, Dean kan harus selalu update tentang berita One Direction
juga. Dan tentang bawa handphone ke kamar mandi, Dean gak akan mengulangi lagi
hehe. Promise” jawabku.
“Mama akan cari terapis buat kamu. Biar kamu gak
kecanduan internet lagi” kata mama mengakhiri perbincangan.
“Mama! Gak usah cari begituan deh. Kecanduan Dean
akan berhenti sendiri kok. Tapi nanti kalau Dean udah gak jadi Directioners lagi. Dan ummmm, mungkin
Dean gak bakal berhenti jadi Directioners
deh. I will be Directioners forever”
kataku tersenyum bangga.
“Mama gak peduli. Pokoknya mama akan tetap cari
terapis buat kamu. Dan ingat! Jangan ganggu mama 2 jam kedepan. Deal?” tanya mama.
“Deal”
jawabku malas.
Tidak!
Mama akan cari terapis buat aku! Arrrgghhhh!!!!!!! What should i do?! C’mon,
kecanduan ku gak seburuk yang mama kira. Aku harus cari cara biar mama gak
mencari terapis buat aku. Harus aku cari cara nya kalau aku mau masih update lagi di social media!!!
Hari
ini kesal banget sama mama! Mama akan cari terapis untuk kecanduan internet ku.
C’mon kecanduan ku tidak seburuk yang mama kira. Can u help me guys to stop my
mom’s action? If u can, u can message me your phone number on my facebook
account. Thank you ;) xoxo
Aaahhh selesai sudah aku update status di facebook. Semoga
saja
ada yang mau membantu ku untuk menghentikan mama. Semoga saja sih ya hehe.
Makan
malam kali ini berbeda dari biasanya. Biasa nya sih, mama akan sibuk menanyai
kegiatan ku di sekolah. Namun kali ini tidak. Beliau hanya diam saja setelah
memberi ku daging steak di piring. Mungkin mama masih sibuk memikirkan masalah
‘terapis’ tadi. Atau sibuk memikirkan deadline yang terus menghantui nya. I forgot to tell you about my mom’s job. Beliau
adalah seorang editor berita
di salah satu stasiun tv di
New York.
Kalian tahu lah betapa sibuk nya pekerjaan seorang editor berita. Setiap hari harus
dikejar deadline. Apalagi berita yang
tayang setiap hari. Aku mencoba untuk membuka percakapan.
“Ma, steak ini
sangat enak. Apa mama membuat nya sendiri?” tanya ku.
“Iya mama membuatnya sendiri” jawab mama singkat.
“Tumben” kata ku. “Ma, maukah mama mengajari ku
bagaimana cara nya membuat steak lezat ini?”
“Dean, jangan mengalihkan pembicaraan” jawab mama
tegas.
“Dean gak mengalihkan pembicaraan ma. Cuma tanya
doang kok!” seru ku.
“Kamu pikir mama gak tahu kalau kamu update status
lagi di facebook? Dan status ini tentang masalah terapis yang mau mama cari
untuk kamu!”
What?
Mama
tahu kalau aku update status di Facebook? Tapi dari mana? Mama sama sekali gak
punya Facebook! Karena kata mama, bermain di dunia maya hanya menghabiskan
waktu saja.
“Mama..... tau dari...?” tanyaku terbata.
“Freddie. Mama tau dari Freddie. Well, ternyata dia anak yang baik mau
memberi tahu mama tentang status mu” jawab mama.
Okay,
this is EMERGENCY!!! Aku lupa menceritakan tentang sahabat ku
yang satu ini. Freddie nama nya. He’s a
boy. Tapiiiiiii mulut ember nya ituloh yang membuat dia seperti cewek!!!
Dan aku lupa kalau dia punya akun
facebook yang berteman dengan akun
ku. So, setiap aku update status yang
berhubungan dengan mama, Freddie selalu menanyakan kebenaran status ku ke mama.
Oh my god Freddie, you got big problem!!!!!!!!!!!!!!!
***
“Hi Dean! Gimana masalah ‘terapis’ yang
di account Facebook mu?” Sapa Freddie hangat setelah aku sampai sekolah.
“C’MON DUDE!!!
Bisa gak sih gak tanya ke mama
tentang status-status ku? You know? Karena kamu,
mama
marah ke aku! Dan karena ulahmu juga, mama mematikan jaringan wifi dirumah
kami! Udah beberapa kali sih aku bilang, JANGAN TANYA KE MAMA TENTANG STATUS KU
DI FACEBOOK!!! Apa kurang faham???!!!” jawab ku marah. Lantas Nancy dan
teman-teman lainnya segera melerai ku.
“Ayo lah Dean. Freddie hanya menanyai status mu ke
mama saja kan? Jangan membesar-besarkan masalah” seru Justin, si ketua kelas.
“Aku tidak minta pendapat mu, ya Justin. Seperti nya kamu juga
tidak tahu kalau Freddie sudah terlalu sering membocorkan rahasia ku yang tidak
diketahui mama” jawabku.
“Kita semua tahu kalau Freddie memang pembocor
rahasia. Tapi, tidak bisa kah engkau memaafkan dia sekali ini saja? Dia sahabat
mu” sambung Angela.
Aku tidak menjawab. Dan hanya bisa menatap wajah
Nancy.
“Aku tahu kau bisa memaafkan Freddie sekali lagi,
Dean” jawab Nancy tersenyum. Dan well,
akhirnya aku menghampiri Freddie dan berkata.
“Okay,
untuk kali ini aku bisa memaafkan mu. Tapi jangan senang dulu! Itu pun karena
mereka semua memaksa ku” kataku sambil tersenyum malas.
“Terima kasih Dean. Aku tahu kau orang yang pemaaf”
jawab Freddie tersenyum. “Dan satu hal yang perlu kau tahu. Setidaknya aku
bukan seorang pembocor rahasia saja” lanjut Freddie.
“Apa maksud mu?” tanya ku. Aku semakin khawatir
kalau ternyata Freddie tidak hanya seorang pembocor rahasia tapi......
“Jangan pikir yang tidak-tidak dulu. Ada seseorang
yang mau menolong mu untuk menghentikan mama mu” sela Freddie. Seakan-akan dia
tahu kalau aku memikirkan yang tidak-tidak tentang nya.
“APA KAU SERIUS?” tanyaku girang.
***
Ahhh jadi selama ini
anggapan ku tentang Freddie ‘si pembocor rahasia’ ternyata salah. Ya walaupun
dia seorang pembocor rahasia, ternayata dia juga punya sisi baik. Aku teringat
akan kata mama “Seburuk-buruknya manusia, dia pasti masih punya sisi baik.
Walaupun hanya sedikit”. Well, i’m sorry Freddie.
karena telah berpikir yang tidak-tidak tentang mu.
Kembali ke pembahasan
Freddie, ternyata dia ini telah menolong ku. Masih ingat dengan status ku yang
meminta nomer telepon seseorang yang ingin membantuku menghentikan ‘perbuatan’
mama? Ternyata ada seseorang yang
meninggalkan comment
di
status ku! Kalau bukan karena Freddie aku pasti tidak mengetahui kalau ada
seseorang yang dengan suka rela membantu ku. You know lah, aku tidak bisa membuka Facebook karena jaringan wifi
dirumah, dimatikan oleh mama. Dan sisi baik yang lain dari Freddie adalah, dia dengan suka
rela berbagi jaringan wifi pada ku untuk bisa berkomunikasi dengan seorang yang
rela menolong ku di Facebook.
“Hai Dean! Apa kau tidak ke rumahku lagi untuk......
itu tuh” tanya Freddie saat di telepon.
“Untuk penolong yang di Facebok itu, maksud kau?
Mungkin nanti jam 4 sore. Kau ada di rumah kan?” jawabku.
“Iya” kata Freddie di seberang telepon.
“Okay, jam
4 sore ya” kataku memastikan.
“Okay aku
tunggu” Jawab Freddie.
***
"Ma, Dean ke perpustakaan kota dulu ya"
pamitku kepada mama.
"Ngapain?"
Tanya mama penasaran.
"Ngerjain
tugas lah ma" jawabku singkat.
"Memang
harus di perpustakaan ya?" Tanya mama lagi.
"Benernya
nggak sih. Tapi berhubung mama mematikan jaringan wifi dirumah, jadi nya Dean
harus pergi ke perpustakaan" sindirku.
"Ya sudah
deh, cepetan pergi sana" jawab mama merasa.
"Ihhhh
ngusir. Dean berangkat dulu ya ma" kataku sembari menutup pintu.
Sebenarnya aku berbohong kepada mama. Aku tidak pergi
ke perpustakaan. Tetapi ke taman kota. Iya, aku tau itu perbuatan tidak baik.
Tapi, aku sangat suntuk dirumah. Belum lagi masalah tentang 'penolong' di
Facebook ku. Sudah 2 bulan sejak aku menulis status di Facebook. Aku dan
penolong tersebut sudah sering berkomunikasi. Tapi, sepertinya dia tidak niat
untuk menolongku deh. Bagaimana tidak? Setiap aku menanyakan solusi nya, dia
selalu mengalihkan pembicaraan.
"Dean, kita cuma duduk-duduk disini aja
nih?" Suara Freddie membuyarkan lamunan ku. Aku baru ingat kalau aku ke
taman kota bersama Freddie.
"Eh aku
sampai lupa kalau ada kau hehehe" jawabku nyengir.
"Disini aja
deh Fred. Menikmati hiruk pikuk kota" lanjutku.
Karena bosan,
aku pun segera update status di Facebook menggunakan handphone Freddie.
"Freddie,
pinjam handphone dong. Buat update status di Facebook" kataku memelas. Tanpa
basa-basi, Freddie pun memberikan handphone nya padaku.
Pfffftttttt, seharusnya weekend itu bikin good mood.
Eh, ini malah bikin bad mood. Mana lagi di taman kota cuma duduk-duduk doang
lagi? Make me boring so so so much!!!
Oh ya, tidak
lupa juga aku untuk update location di
path dan upload foto ekspresi sedih
ku di instagram.
"Masih badmood soal 'penolong' itu ya?"
Tanya Freddie. Dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
"Bagaimana
kalau kita ke kedai kopi dulu? Aku punya kedai kopi langganan di daerah sini.
Soal rasa sih, gak perlu dipertanyakan" saran Freddie tiba-tiba.
"Aku yang
traktir deh. Oh iya, handphone ku kau bawa dulu deh. Siapa tau mau pinjam lagi"
lanjut Freddie tersenyum sambil menggandeng tanganku. Aku pun terpaksa menerima
ajakan Freddie sambil berjalan gontai.
Sesampainya di kedai kopi, Freddie langsung memesan 2
kopi panas untuk kami.
"Cappucino
panas 2 ya" kata Freddie kepada pelayan kedai.
"Yang 1
tidak pakai gula" seru ku. Freddie dan pelayan kedai pun menatap heran
kepadaku. Namun aku diam saja.
"Silahkan
tunggu di meja ya. Pesanan segera kami antar" kata sang pelayan kedai.
Kami pun segera menunggu pesanan di meja yang tidak jauh dari tempat memesan
kopi tadi.
"Dean,
yakin cappucino nya tidak pakai gula? Kan cappucino rasanya agak pahit"
tanya Freddie. Sekali lagi, aku hanya menjawab dengan anggukan kecil.
"Ya ampun
Dean.... Kok jadi sedih gini sih? Iya aku tau, kau tidak jadi di tolong oleh
orang yang leave comment di Facebook
mu, tapi jangan sampai sedih begini dong. Aku tidak tega melihat kau
begini" kata Freddie memelas.
"Setelah
menghabiskan cappucino, kita kerumah ku lagi ya? Siapa tau ada yang leave comment lagi" lanjut Freddie.
"Ahhh,
tidak usah Freddie. I gave up. Aku
menyerah untuk menghentikan mama. Biarlah mama mengirim terapis untuk ku.
Mungkin ini yang terbaik" jawabku akhirnya.
"Kau tidak
boleh menyerah, Dean. Pasti ada jalan lain kok! Dan sebagai sahabat, aku akan
selalu siap membantu mu" Seru Freddie.
"Tidak
usah. Kau sudah terlalu banyak menolong ku" tolakku.
Tiba-tiba ada suara lain yang ikut dalam pembicaraan
kami.
"Betul kata
sahabat mu, kau tidak boleh menyerah"
"Siapa
kau?" Tanyaku pada sumber suara itu. Ternyata sumber suara itu dari
pelayan kedai yang sudah berada di samping meja kami. Bukan pelayan kedai yang
menerima pesanan kami, tapi pelayan kedai yang lain.
"Alvan?"
Kata Freddie. Kurasa Freddie mengenal pelayan kedai ini.
"Kau kenal
padanya?" Tanyaku pada Freddie.
"Iya. Dia
temanku. Dia bekerja disini. Dia berwarga negara Indonesia, sama seperti
mu" jawab Freddie. Kulihat seorang pelayan kedai kopi yang bernama Alvan
itu. Dari postur tubuh nya, dia tidak terlalu pendek seperti orang Indonesia
pada umumnya.
"Well, maaf kalau aku ikut campur
pembicaraan kalian. Tapi, aku sudah selama 7 menit disini untuk memberikan
pesanan kopi kalian. Dan aku tidak tega untuk menghentikan pembicaraan
kalian" kata Alvan meminta maaf sembari mengambil kursi untuk dirinya dan
ikut berbincang bersama kami.
"Kau
berwarga negara Indonesia juga?" Tanya Alvan pada ku.
"Iya"
jawabku cuek.
"Ku dengar
kau pecandu internet ya?" Tanya Alvan lagi.
"Tidak usah
ikut campur urusan orang lain" jawabku lagi.
"Iya. Dia
pecandu internet. Belakangan ini, mama nya sedang mencari terapis untuk nya.
Dan dia sedang berusaha untuk menghentikan itu, dengan cara meminta tolong dari
Facebook. Tapi, hasil nya nihil" jawab Freddie menyela. Tuh kan, 'mulut
ember' nya kambuh lagi. Aku hanya bisa menahan marah dengan meminum cappucino
ku dengan cepat.
"Wekksssss" seru ku sambil
memuntahkan cappucino ku. Aku lupa kalau cappucino ku masih panas dan tanpa
gula. Pahit sekali rasanya! Gara-gara Freddie yang keceplosan dan cappucino
panas yang pahit, aku pun mengeluarkan handphone Freddie dan update status di Facebook.
Gara-gara si mulut ember nih, aku jadi minum cappucino
pahit yang super panas! Omfg~
"Dean,
cappucino nya masih panas. Jangan terburu-buru dong" kata Freddie
mengingatkan. Tanpa sengaja, Alvan memberi gula pada cappucino ku.
"Hanya
orang pecinta kopi saja yang kuat menahan pahitnya cappucino. Tapi tidak semua
sih hehehe" jawab Alvan tertawa sambil meninggalkan kami berdua. Tidak
lama kemudian, dia membawa dua kue coklat kecil.
"Untuk
kalian. Aku yang traktir kue nya. Ini kue favorit disini loh" katanya
sambil memberi satu kue padaku, dan satu kue lagi pada Freddie. Dia baik sekali
mau memberi kue pada kami secara gratis.
"Menurut
penelitian, coklat bisa mengembalikan good
mood. Makan lah. Kau sedang bad mood kan?"
Tanya Alvan.
"Terima
kasih untuk gula dan kue nya" jawabku menyeleweng dari pertanyaan Alvan.
"Well kalau kau tidak keberatan, aku bisa
membantu untuk menghentikan mama mu" kata Alvan padaku.
***
Aku sangat terkejut mendengar perkataan Alvan saat
itu. Kami belum pernah kenal, tetapi dia sudah sukarela untuk membantu ku.
Sebenarnya aku juga risih dengannya. Bagaimana tidak? Kami belum pernah kenal,
tetapi dia sudah sok kenal. Intinya, kami belum pernah kenal sebelumnya!
Untungnya, aku belum update apapun
tentang Alvan di social media. Kalau iya, pasti Freddie akan bilang ke Alvan.
Tetapi seiring berjalannya waktu, aku bisa merasakan
betapa tulusnya Alvan untuk membantu ku. Alvan tidak mengharapkan balasan apa-apa
untuk membantu ku. Saat ku tanya alasan mengapa dia membantu ku, dia hanya
menjawab
"Aku suka
menolong. Apalagi dengan sesama warga negara Indonesia. Kau sahabat Freddie
kan? Dia juga sahabat ku. Sudah menjadi kewajiban untuk menolong sahabat dari
sahabat ku"
Selain tulus dengan bantuannya, Alvan juga sangat baik
dan ramah. Dia suka menyapa setiap orang yang dia kenal. Itulah yang membuatnya
disukai banyak orang. Sebenarnya dia juga tampan. Postur tubuhnya yang tinggi,
warna kulitnya yang sawo matang, serta mata sipit yang ia punya, semakin
membuatnya tampan. Seperti artis Indonesia yang sering mengisi acara "My
Trip My Adventure", Dion Wiyoko.
Alvan juga sering menceritakan bagaimana dia bisa
tinggal di New York. Sejak ayah nya meninggal, Alvan dan ibu nya yang
berkebangsaan Amerika blasteran Cina,
pindah ke New York, di tempat nenek nya tinggal. Kegiatannya disini selain
kuliah, ia juga bekerja paruh waktu di kedai kopi. Untuk menambah uang saku
katanya. Nanti siang setelah Alvan pulang kuliah, Alvan akan mengajakku ke
kedai kopi tempat dia bekerja. Katanya sih, dia mau mengajari ku membuat kue
coklat yang tempo lalu dia beri padaku. Eh, kok jadi bahas Alvan begini sih?
"Ma, Dean ke perpustakaan dulu" pamitku pada
mama.
“Ke perpustakaan lagi?” tanya mama heran.
“Iyalah ma. Dean mau ngerjain tugas” jawabku.
“Sebanyak apasih tugas kamu? Sampai hampir lima kali
seminggu ke perpustakaan” kata mama.
“Mama kayak gak tau tugas anak zaman sekarang. Udah
ya ma, Dean pamit” jawabku
sembari menutup pintu.
Perjalanan dari
rumah ke perpustakaan kota tidak terlalu jauh kok. Cukup berjalan kaki selama
25 menit. Hari ini, aku memang ke perpustakaan. Aku dan Alvan sudah sepakat
untuk bertemu di sana. Kebetulan, jalan pulang dari
universitas nya searah
dengan perpustakaan. Sesampai di perpustakaan, ternyata Alvan sudah sampai
terlebih dahulu.
"Sudah dari
tadi ya menunggu nya? Maaf ya" kataku terengah-engah. Maklum, aku tadi
sempat berlari saat melihat Alvan sudah sampai di perpustakaan terlebih dahulu.
"Ah,
barusan aja kok. Malah, aku yang terburu-buru. Takut kamu udah nunggu
disini" kata Alvan tersenyum. Dan senyuman Alvan itu, berhasil membuat
pipi ku merah seperti kepiting rebus!!!
"Eh, lebih
baik kita langsung ke kedai aja yuk! Udaranya dingin nih" kata Alvan membuyarkan
lamunan ku.
"Oh, oke
oke" jawabku terbata.
Perjalanan dari perpustakaan ke kedai kopi terasa
sangat lama sekali. Padahal sebenarnya cukup memakan waktu 10 menit saja kalau
berjalan. Saat berjalan bersama Alvan, aku hanya menundukkan kepala. Aku tidak
berani melihat ke arah jalan ataupun menatapnya. Tidak seperti biasanya keluar
bersama Alvan membuatku gugup seperti ini.
"Dingin
ya" kata Alvan memecah suasana.
"Banget"
jawabku cepat.
"Aku kangen
banget sama hawa tropis nya Indonesia. Biasanya kalau lagi musim hujan waktu
kecil dulu, aku suka main sepak bola di lapangan sama teman-teman hehehe"
katanya tertawa.
"Kalau aku
kangen waktu musim kemarau. Kangen sama abang-abang jualan es disekitar rumah
hehe" jawabku ikut-ikutan tertawa.
"Kamu masih
sering ke Indonesia?" Tanya Alvan. Kali ini dia menatapku.
"Ya gak
sering banget sih. Mungkin setahun cuma 2-3 kali" jawabku.
"Kamu?" Tanyaku balik.
"Jarang
banget hehehe. Ya setahun paling cuma 1 kali" jawabnya. Dan aku hanya
menjawabnya dengan anggukan saja. Tiba-tiba ada sebuah beanie
hat mendarat diatas
kepalaku.
"Biar gak
kedinginan" jawab Alvan tersenyum.
***
Tidak terasa sudah 4 bulan aku berteman dengan Alvan.
Yang kukira awalnya, dia seorang yang sok kenal banget.... Ternyata, dia orang
yang asyik. Dia tidak pernah kehabisan topik pembicaraan. Makanya, aku tidak
pernah bosan bertemu dengannya.
Hari ini, aku baru saja keluar bersamanya. Ya, untuk
pertama kalinya dia mengajakku ke Coney island. Awalnya aku menolak. Karena
takut mama tidak mengizinkan. Tapi berkat Nancy dan Freddie, akhirnya mama
mengizinkan.
Tapi hey, ada
yang aneh selama 4 bulan ini. Selama aku menghabiskan waktu bersama Alvan, aku
tidak pernah memikirkan handphone ku.
Sama sekali tidak memikirkan. Biasanya, kalau aku sedang berpergian entah itu
dekat atau jauh, aku selalu meng-update nya
di sosial media. Tapi belakangan ini, aku tidak pernah update. Bahkan untuk memegang handphone pun, jarang. Malah, aku sangat sangat menikmati momen-momen
bersama Alvan. Dan aku tak mau momen-momen bersama Alvan terbuang sia-sia
karena handphone. Karena keheranan ku
ini, aku pun menanyakannya pada Freddie dan Nancy.
"Apa kau serius? Tapi memang iya sih, selama
kalian pergi bersama, aku tidak pernah melihatmu update di Facebook atau media sosial lainnya" jawab Freddie.
"Iya,
bahkan kau tidak pernah membawa handphone kalau pergi bersama Alvan. Em,
maksudku kencan hihihi" jawab Nancy cekikkan.
"Apa
jangan-jangan discomgogolation mu
sudah hilang?" Tanya Nancy.
"Hah? Apa? Gogogogolation? Maksudmu apaan
sih?" Tanyaku tidak mengerti.
"Ya ampun
Dean, discomgogolation. Itu tuh,
istilah medis untuk penyakit kecanduan internet. Kayak kamu gitu" jawab
Nancy menjelaskan. Freddie yang dari tadi diam saja, tiba-tiba mengatakan
sesuatu dengan senang.
"Dan berkat
Alvan lah, penyakitmu hilang Dean! Iya berkat Alvan!!!" Seru Freddie
senang.
"Berkat
Alvan?" Tanyaku lagi. Aku masih tidak mengerti apa hubungannya tentang
istilah penyakit medis untuk kecanduan internet, dengan Alvan.
"Iya.... Ya
ampun. Apa kau tidak menyadarinya? Jadi, selama kau menghabiskan waktu bersama
Alvan kau kan tidak memikirkan handphone sama sekali. Justru kau malah
menikmati waktu bersamanya kan?" Tanya Freddie. Dan aku hanya mengangguk
kecil.
"Nah,
secara tidak sengaja saat kau menikmati waktu bersama Alvan, kau akan lupa
dengan penyakit kecanduan internet mu itu! Dan hal itulah yang membuat
penyakitmu hilang. Atau istilah medisnya, kau SEMBUH TOTAL!!!" Jelas
Freddie panjang lebar.
Apa benar kata Freddie dan Nancy bahwa penyakit
kecanduan ku sudah hilang karena Alvan? Memang sih, aku sangat menikmati waktu
ku bersama Alvan. Tapi apa benar, karena hal itu lah yang membuat penyakitku
hilang? Kalaupun benar, aku akan sangat senang. Sangat sangat senang!
***
Hari ini, aku tidak pergi bersama Alvan. Karena dia
sedang sibuk dengan tugas kuliahnya yang menumpuk. Jadi, hari ini aku hanya
menghabiskan weekend di rumah sembari
mengerjakan tugas Mr. Banner yang dikumpulkan besok. Saat aku sedang enak
mengerjakan tugas, handphone ku berdering nyaring. Tanda ada telepon masuk. Apa
Alvan yang menelpon ku?
"Halo Dean?
Kau ada dirumah tidak? Aku ingin mengerjakan tugas Mr. Banner bersama"
karena suara nya yang khas, aku pun langsung dapat mengenalinya. Freddie.
"Umm, iya.
Datang saja ke rumah ku. Kebetulan mama sedang memasak batagor kesukaan kamu.
Ajak Nancy sekalian ya!" Jawabku. Setelah itu, aku langsung mematikan
handphone. Sembari aku
menunggu Nancy dan Freddie, aku pun melanjutkan tugas ku. Ditengah keasyikan ku
mengerjakan tugas, tiba-tiba mama masuk ke dalam kamar ku.
“Dean, mama mau bicara sama kamu” kata mama.
“Bicara aja ma” jawabku santai.
“Kamu sekarang sudah mulai bohong sama mama ya.
Setiap kamu pergi, pasti alasannya ke perpustakaan. Padahal mama tau, kalau
kamu pasti nggak kesana. Kamu pasti cari free
wifi kan biar bisa update di
media sosial?” tanya mama heran. Aku sangat kaget karena mama telah mengetahui
kebohongan ku selama ini.
“Mama bicara apasih? Iya memang, aku berbohong
kepada soal perpustakaan. Tapi mama percaya deh sama Dean. Dean gak cari free wifi ma. Bahkan, kecanduan internet
Dean sudah hilang!” jawabku.
“Gak mungkin. Dean, bicara jujur kepada mama! Mama
gak suka kamu bohong gini ya” jawab mama. Ditengah panasnya perdebatan ku
dengan mama, tiba-tiba Freddie dan Nancy memotong pembicaraan kami.
“Benar tante. Dean udah gak kecanduan internet lagi”
jawab Nancy.
“Iya tante. Tante harus percaya kami. Sebenarnya,
Dean memang bohong kalau dia pergi ke perpustakaan. Sebenarnya dia pergi
bersama Alvan. Dan karena Alvan lah, penyakit kecanduan internet Dean hilang”
jawab Freddie panjang lebar. Ya ampun Freddie, kenapa harus nyebutin Alvan
segala sih?
“Wait, siapa
itu Alvan?” tanya mama. “Pacar kamu?” tanya mama padaku.
“Bukan ma. Alvan itu sahabat nya Freddie. He’s Indonesian too like us. Dia orang
Indonesia juga ma. Dan karena Alvan lah, kecanduan Dean hilang. Mama lihat kan?
Dean udah jarang banget pegang handphone atau
laptop” jawabku. “Please,mama kali
ini percaya sama Dean” lanjutku. Mama hanya diam sambil menatapku.
“Mama percaya kamu. Memang sih, selama ini mama
perhatikan kamu jarang pegang handphone. Mama
ikut senang kalau kamu sudah sembuh dari kecanduan internet itu” jawab mama
sambil tersenyum. “Oh ya, Alvan itu pacar kamu kan?” lanjut mama lagi. Belum
selesai aku menjawab, Freddie sudah menjawabnya.
“Iya tante. Mereka baru aja 2 minggu yang lalu
berpacaran” jawab Freddie cekikikan.
“DEANNNN, EMANG BENER KECANDUAN KAMU SUDAH HILANG.
TAPI KENAPA SEKARANG KAMU MALAH PACARAN? MAMA KAN UDAH NGELARANG KAMUUUU!!!”
seru mama. Sedangkan Freddie dan Nancy hanya tertawa melihat tingkah mama. Well, kecanduan internet ku sudah
hilang. Dan karena penyakit itulah yang menemukan ku dengan Alvan.
TAMAT